Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Rabu, 03 Februari 2010

Ijazah; “Bungkus Kacang” Masa Depan

Engkau Sarjana Muda lelah tak dapat kerja, mengandalkan ijazahmu. Empat tahun lamanya bergelut dengan buku, sia-sia semua. Petikan lagu Iwan Fals diatas seolah mengingatkan kita akan persaingan yang begitu sulit guna memperoleh masa depan yang layak setelah menyelesaikan studi. Melihat fenomena ini, pemerintah berencana memberikan kredit sarjana sebesar Rp5 Juta untuk wirausaha.

Namun yang harus dicermati lebih jauh adalah program tersebut baru sebatas penjelasan lisan Menteri Negara Koperasi dan UKM, jadi belum jelas petunjuk teknis operasionalnya. Para penganggur (baca: sarjana) harus bersabar menanti usaha pemerintah guna mengurangi pengangguran. Dibutuhkan kerja keras untuk merealisasikan rencana program tersebut, belum lagi persoalan birokrasi dengan mekanismenya yang terkadang menjadikan kita kesulitan guna memperoleh akses mendapatkan pinjaman usaha.

Dari tahun ke tahun Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun suasta, mampu melahirkan ribuan sarjana. Tetapi banyaknya sarjana tak sebanding dengan kuota lapangan kerja yang disediakan. Hal ini telah kita rasakan semenjak orde lama lalu masuk ke orde baru hingga era reformasi seperti sekarang ini. Hal ini mengindikasikan bahwa indeks prestasi yang bagus ternyata tidak mampu menjamin masa depan yang juga bagus. Jadi yang harus dijamin oleh perguruan tinggi secara subtansial adalah persoalan akan kemana para sarjananya kelak?

Berkaca pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006 sebanyak 39,05 juta atau 17,75% dari total 222 juta penduduk. Tingkat pengangguran cukup tinggi, yakni pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka. Dari data statistik tersebut, kemudian diperparah lagi oleh sebagian besar tamatan PT di Indonesia sejatinya berjiwa pencari kerja. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar sistem pembelajaran di Tanah Air mendidik mahasiswanya untuk cepat lulus dan segera mencari kerja. Lulusan sarjana tidak dicetak menjadi manusia yang mampu menciptakan peluang kerja.

Program agunan kredit yang akan dilaksanakan pemerintah tersebut memiliki beberapa prosedur untuk bisa didapatkan, yaitu pemohon harus mengajukan proposal pengadaan usaha atau pengembangan usaha bagi mereka yang telah memiliki usaha. Setelah itu akan diseleksi lebih lanjut lagi oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir. Program ini belum bisa dikatakan sebagai solusi guna mengurangi pengangguran sarjana, namun hanya sebatas bantuan pinjaman. Sehingga tidak menutup kemungkinan para sarjana akan kesulitan mengembalikan uang kredit ketika usaha ekonomi yang dilakukan kandas ditengah jalan.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari program ini, kita patut memberikan apresiasi terhadap upaya pemerintah guna menanggulangi pengagguran, khususnya para sarjana. Kedepan yang harus dilakukan adalah memberikan akses kemudahan dari proses awal ini, dan juga yang mesti diperhatikan adalah relasi antara konsentrasi studi pada saat kuliah dengan lapangan kerja setelah menempuh studi. Hal ini sangat penting dilakukan guna melihat sejauh mana aspek kualitatif para sarjana yang mumpuni dalam satu bidang tertentu sesuai dengan gelar kesarjanaan yang diperoleh.

Guna menciptakan lulusan sarjana berjiwa wiraswasta, segenap pihak harus dilibatkan. Terutama peran Pendidikan Nasional dalam membentuk kurikulum kewirausahaan dan Bank dalam memberikan fasilitas kredit dan bantuan permodalan. Tapi yang harus digaris bawahi adalah program ini bukan berarti mewirausahakan setiap lulusan sarjana. Kedepan pemerintah harus mampu melihat kompetensi sarjana untuk selanjutnya diarahkan pada lapangan kerja yang sesuai dengan disiplin ilmu yang digeluti, hal ini akan lebih efektif guna menempatkan tenaga-tenaga kompetitif dalam pembangunan masyarakat Indonesia yang lebih mandiri disegala bidang.

Oleh: Taufiq Saifuddin
Ketua Umum HMI KORKOM UIN Sunan Kalijaga.

Tidak ada komentar: