Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Minggu, 22 November 2009

“Poligami” antara Studi di Kampus dan Organisasi

Oleh: Taufiq Saifuddin

Dinamika kemahasiswaan selalu memiliki nuansa yang menarik untuk dibicarakan, sejarah perkembangan bangsa juga tidak bisa dilepaskan dari semangat revolusioner masyarakat kampus. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana kekuatan gagasan dan aksi mahasiswa dari masa ke masa mampu memberi kontribusi yang sangat signifikan untuk kemajuan negeri ini. Atmosfir intelektual yang terbangun melalui kelas perkuliahan dan kelompok-kelompok belajar dalam sebuah organisasi seolah menjadi dua mata rantai yang tidak bisa dipisahkan. Ruang kelas kemudian berfungsi sebagai penopang disiplin ilmu yang dipilih oleh seseorang dan organisasi menjadi ruang ekspresi pengembangan disiplin ilmu dan pengayaan pengetahuan. Sehingga menjadi keliru kemudian memisahkan dua elemen penting diatas dalam dunia kemahasiswaan.
Lantas bagaimana dengan realitas potret kehidupan aktifis hari ini? Lalu bagaimana pula dengan kondisi mahasiswa yang tidak aktif di organisasi atau dengan kata lain hanya menjalani kehidupan kampus dengan kuliah semata? Pertanyaan diatas pada dasarnya bersifat refelektif, sehingga membutuhkan analisis dan eksperimentasi yang tidak sederhana. Polarisasi dan tren mahasiswa masa kini harus dihadapkan pada sebuah konfigurasi tuntutan zaman yang tidak stagnan namun dinamis. Dimana mahasiswa sebagai agent of change, apapun kegiatannya harus mampu memberikan kontribusi positifnya terhadap kehidupan bangsa dan negara.
Dapat kita lihat hari ini bahwa banyak juga diantara kaum aktifis yang tidak bisa dikatakan berprestasi secara akademik dikarenakan nilai perkuliahan yang anjlok, begitu juga sebaliknya banyak diatara mahasiswa yang tidak aktif di organisasi kurang mampu melakukan sosialisasi terhadap masyarakat dan kurang mampu mengemukakan gagasan di muka umum dikarenakan tidak memiliki pengalaman organisasi. Hal ini kemudian harus berjalan dengan sinergis, kelas perkuliahan kemudian memberikan ilmu pengetahuan yang kita cari dimana tranfer of knowledge dilakukan lalu organisasi berfungsi memberikan pengalaman leadhership dan bagaimana caranya mengemukakan pendapat dimuka umum.
Istilah “poligami” antara studi dan organisasi adalah nuansa penyeimbang yang mampu memberikan warna dalam kultur kemahasiswaan masa kini. Seorang mahasiswa yang progresif tidak hanya terjebak pada rutinitas kuliah an sich namun lebih dari itu ada hal yang sekiranya mampu dilakukan diluar kelas dan hal itu memungkinkan bila seseorang terlibat dalam organisasi. Satu hal yang mesti digaris bawahi bahwa untuk menjadi orang besar maka dibutuhkan pengalaman dan proses yang besar pula. Sejarah telah membuktikan bahwa tokoh-tokoh di negeri ini adalah output dari kehidupan kemahasiswaan yang aktif kuliah dan memiliki pengalaman organisasi.
Telah jelas kemudian bahwa seorang mahasiswa progresif adalah mahasiswa yang mampu meneyimbangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler, disadari atau tidak banyak hal yang pada dasarnya tidak kita dapatkan di kelas namun bisa kita dapatkan di organisasi begitu juga sebaliknya ada hal yang tidak kita dapatkan di organisasi namun itu kita dapatkan di perkuliahan. Maka dari itu pola manajemen terhadap aktifitas semasa mahasiswa perlu dirumuskan secara sistematis dan terarah. Sehingga orientasi terhadap cita-cita masa depan dapat diraih dan digenggam melalui kerja keras (baca perjuangan) semasa menjalani kehidupan kemahasiswaan.
“Poligami” adalah sebuah alternaitif pilihan yang bisa ditempuh guna menopang potensi yang ada pada diri kita dan menjawab tantangan zaman. Kultur dan dinamika kemahasiswaan hari ini juga tidak bisa disandingkan maupun disamakan dengan semangat generasi terdahulu. Tantangan yang dihadapi oleh generasi terdahulu tentunya berbeda dengan tantangan yang dihadai oleh generasi kita hari ini, contoh yang sederhana semisal, hari ini kita dihadapkan pada kebijakan aktif kuliah 75%. Hal ini sebenarnya tidak harus dijadikan sebagai penghalang namun harus disikapi sebagai tantangan yang mesti dihadapi oleh generasi kita hari ini. Sehingga jatah 35% yang kita miliki harus mampu dimaksimalkan melalui organisasi, apapun model dan bentuknya.
Keseimbangan yang sinergis dan integral antara studi dan organisasi diharapkan mampu menjadikan kita sebagai komunitas pembaharu yang dilahirkan oleh bangku kuliah dan pengalaman organisasi. Tantangan zaman semakin hari akan semakin beragam sehingga pola antisipasi juga harus beragam untuk menjawab tantangan tersebut. Telah jelas kemudian bahwa tidak cukup hanya dengan kuliah dikelas saja untuk menopang potensi diri namun berorganisasi juga merupakan aspek yang harus diperhatikan. Sehingga perjalanan kehidupan kemahasiswaan kita mampu memberikan sesuatu yang berarti dimasa depan. Wallahu a’lam Bissawab.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Suatu tawaran cerdas solutif di tengah arus konsumerisme, hedonisme, pragmatisme, dan gratisisme yang kian marak dalam dunia mahasiswa dewasa ini. Tawaran yang perlu dan secepatnya untuk direalisasikan....
Sungguh, ini merupakan ungkapan yang jujur, yang saya yakin lahir dari kegelisahan hati nurani seorang pemuda yang penuh kepedulian....

Anonim mengatakan...

Sungguh, suatu ungkapan jujur yg saya yakin lahir dari ketulusan hati. Suatu kegelisahan kepedulian jiwa seorang pemuda, dengan tawarannya yang sangat cerdas solutif di tengah konsumerisme, hedonisme, pragmatisme, gratisisme, dan cocotisme plus ngacengisme mahasiswa dewasa ini....
Tawaran yang harus dan secepatnya direalisasikan....

Wahyu NH. Al_Aly mengatakan...

Sungguh, suatu ungkapan jujur yg saya yakin lahir dari ketulusan hati. Suatu kegelisahan kepedulian jiwa seorang pemuda, dengan tawarannya yang sangat cerdas solutif di tengah konsumerisme, hedonisme, pragmatisme, gratisisme, dan cocotisme plus ngacengisme mahasiswa dewasa ini....
Tawaran yang harus dan secepatnya direalisasikan....

Anonim mengatakan...

Sungguh, suatu ungkapan jujur yg saya yakin lahir dari ketulusan hati. Suatu kegelisahan kepedulian jiwa seorang pemuda, dengan tawarannya yang sangat cerdas solutif di tengah konsumerisme, hedonisme, pragmatisme, gratisisme, dan cocotisme plus ngacengisme mahasiswa dewasa ini....
Tawaran yang harus dan secepatnya direalisasikan....