Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Senin, 09 November 2009

“Menggugat Pendidikan Islam; Mencari Pola Tranformatif Pendidikan Islam yang Humanis”

Oleh: Taufiq Saifuddin

Apakah yang dapat kita pelajari dari masa krisis dewasa ini? Krisis menyeluruh yang telah membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke dalam keterpurukan, bermula dari krisis moneter merambat menjadi krisis ekonomi dan berakhir kepada krisis kepercayaan. Para pemimpin masyarakat mulai kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Pemerintah mengalami krisis kepercayaan masyarakat. Antara kelompok masyarakat terjadi salah pengertian bahkan saling curiga-mencurigai, saling tidak percaya. Bahkan gejala-gejala "SARA" telah mulai terbuka dalam masyarakat kita yang dapat membawa kepada disintegrasi nasional.
Berbagai praduga-praduga primordial dibesar-besarkan sehingga menambah krisis kepercayaan yang sedang merambah di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Para pengemban hukum diragukan integritasnya oleh kebanyakan anggota masyarakat. Supremasi hukum menjadi sirna karena sekelompok pemimpin atau penguasa berada di atas hukum. Dengan kata lain, krisis kepercayaan telah menjadi warna yang dominan di dalam kebudayaan kita dewasa ini. Dan oleh karena pendidikan adalah merupakan proses pembudayaan maka krisis kebudayaan yang kita alami dewasa ini adalah pula merupakan refleksi dari krisis pendidikan nasional.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula tidak ada praksis pendidikan di dalam vakum tetapi selalu berada di dalam lingkup kebudayaan yang konkrit. Apabila kita ingin membangun kembali masyarakat Indonesia dari krisis, maka tugas tersebut merupakan suatu tugas pembangunan kembali kebudayaan kita. Pendidikan kita dewasa ini telah terlempar dari kebudayaan dan telah menjadi semata-mata alat dari suatu orde ekonomi atau alat sekelompok penguasa untuk mewujudkan cita-citanya yang tidak selalu sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Lantas bagaimana dengan Pendidikan Islam kita? Telah mampukah pendidikan Islam menjadi sebuah alternatif yang humanis guna menunjang peradabannya? Persoalan ini merupakan sebuah hasil penalaran yang bersifat reflektif, secara sadar kita mampu menganalisis visualisasi pendidikan Islam dalam oprasionalnya seringkali berlaku tidak Islami. Hal ini kemudian dimanifestasikan oleh dunia pendidikan Islam yang secara representatif mewakili corak daripada pendidikan Islam itu sendiri, praktek pendidikan sangat jauh dari esensi “Pendidikan Islam", yangn menurut Fazlur Rahman tidaklah memaksdukan perlengkapan dan peralatan-peralatan fisik atau kuasi-fisik pengajaran seperti buku-buku yang diajarkan ataupun struktur eksternal pendidikan, tetapi adalah apa yang menurut Rahman sebagai "intelektualisme Islam".
Dari kerangka itulah kiranya Pendidikan Islam harus keluar dari kemapanannya, sehingga menggugat pendidikan Islam merupakan sebuah otokritik yang produktif guna membangun dimensi pendidikan Islam yang lebih transformatif dan humanis. Sejalan dengan itupula Intelektualisme Islam merupakan pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, yang harus memberikan kreteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan Islam. Sehingga pola dialektik pendidikan Islam terus berjalan dengan dinamis. Wallahu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar: