Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Senin, 09 November 2009

Sastra Profetik, Mengenal Sastra dalam Kebudayaan Islam

Oleh : Taufiq Saifuddin

Sastra merupakan suatu wujud dan hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi manusia dalam menyikapi realitas kehidupan dengan menggunakan bahasa symbol khususnya terjadi pada puisi, sajak, syair dan yang lain. Dalam sejarah perkembangan sastra merupakan ungkapan atas rasa yang terjadi pada manusia. Hal ini dapat dilukiskan dengan pengalaman religius orang-orang sufi dalam bercinta dengan kekasih-Nya. Ungkapan yang keluar merupakan suatu bentuk karya yang cukup dasyat didalam kehidupan, sebagaimana syair yang dikumandangkan oleh Rumi, Iqbal, Al Halaj dan yang lain.Sastra Indonesia yang sekarang banyak bercorak snab dan norak baik dalam pola ucapan atapun dari segi isinya.
Sastra yang demikian merupakan suatu bentuk sastra bukannya untuk meninggikan drajat kemanusiaan tetapi membawa pembaca pada pengumbaran jiwa manusia dengan ekspresi yang rendah. Oleh karena itu perlunya diimbangi dengan sastra yang bercorak lebih bagus secara makna dan isinya, yang berdasarkan pada nilai-nilai agama.Sastra yang bercorak pada nilai-nilai agama merupakan pengungkapan jiwa dan sarana untuk melakukan Ibadah pada Pencipta.
Sebagaimana sastra Islam merupakan sastra yang bersifat multi fungsi dimana bukan pengungkapan jiwa semata tetapi mengajarkan nilai-nilai transenden. Perkembangan sastra Islam dalam Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dunia tasawuf. Hal tersebut dikarenakan dalam ilmu tasauf di gambarkan pada wilayah esoteris bertemunya manusia dengan Penciptanya. Proses pengungkapan kalimat yang indah ketika manusia menyatu dengan Tuhan, dikarenakan pancaran Ilahi masuk kedalam hatinya. Persatuan yang terjadi pada orang sufi memunculkan suatu karya yang universal dan berada dalam genggaman orang-orang sufi.
Dalam konteks sejarah sastra Indonesia pengaruh sufi sangat kental, hal ini dapat dilihat dari sastra karya Hamzah Fansuri dan Abdul Hadi. Sebenarnya jika mau dilihat lebih jauh lagi menurut Kuntowijoyo semua sastra memiliki bobot transcendental dalam proses pengungkapannya karena dilihat dari teologis dan metafisis. Dalam kesastraan Indonesia sebenarnya ada dua macam kubu yakni sastra kemanusiaan dan sastra pembebasan.
Sastra profetik merupakan inspirasi dari Jalaluddin Rumi dan Muhammad Iqbal, dimana manusia memiliki sikap kebebasan apa yang menjadi pemimpin. Seni menjadi alat perubah dan pengerak realitas sosial dan seniman menjadi inspirator perubahan serta bagaimana menciptakan nuansa kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana unsur sastra yang bercorak profetik menurut pandangan Jalaludin Rumi dan Muhammad Iqbal, meliputi kebesaran makna Ilahiah, manusia merupakan mahluk yang merdeka dan kreatif, manusia menjadi khalifah dan melibatkan diri dalam proses sosial, sedangkan yang terkhir keseimbangan antara dimensi vertical dengan horizontal.

Tidak ada komentar: