Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Senin, 09 November 2009

“Membaca Ulang Indonesia; Pergulatan Ideologi HMI dalam Mengisi Kemerdekaan”

Oleh: Taufiq Saifuddin

Secara harfiah (etimologi) makna Ideologi dipakai untuk menunjukkan kelompok ide-ide yang teratur mengenai bermacam-macam masalah politik, ekonomi dan sosial; asas haluan; pandangan hidup dunia (world view). Lebih jauh dalam kaitannya dengan konsepsi ke-HMI-an ideologi itu kemudian termaktub dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI, tanpa kemudian memposisikan NDP sebagai ideologi HMI. Secara mendasar ideologi HMI terarah pada hubungan relasional antara aspek normatif doktrin HMI yaitu, Beriman, Berilmu dan Beramal. Sehingga konklusi dari interpretasi tersebut diatas secara sederhana akan menemukan eksistensinya dalam tri komiteman HMI (Keislaman, Keindonesiaan dan Kemahasiswaan). Obyektifikasi dari eksistensi ideologis diatas kemudian terarah pada cita-cita HMI dalam misi organisasi (Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai oleh Allah SWT).
Di dalam komitmen Keislaman tersurat suatu kesetiaan untuk menjadikan Islam sebagai cara pandang sekaligus dasar perjuangan, dalam komitmen Kemahasiswaan tersurat suatu cita-cita adanya pengarus utamaan keilmuan di dalam gerakan HMI, sedangkan komitmen Keindonesiaan adalah etos pengintegrasian dari semangat pluralistik masyarakat Indonesia. Hal inilah secara sederhana menjadi tonggak dari karakteristik HMI dalam pergulatannya dengan berbagai organisasi kemahasiswaan yang lain.
Jika HMI adalah bagian integral dari masyarakat secara keseluruhan, maka semangat ideologi harus pula secara integral terkoneksi dengan seluruh elemen masyarakat. Hal ini merupakan sebuah keharusan sejarah yang tersirat dalam semangat Keislaman-Keindonesiaan yang terwadahi oleh organisasi yang bernama HMI. Maka makna ideologi yang tepat untuk kita gunakan dalam hal ini harus memuat konsep, sikap dan aksi.
Untuk itu bentuk militansi ideologis kader haruslah juga memiliki muatan yang mengandung semangat perubahan didalamnya. Bagaimana dengan Indonesia kita? Sejarah lahirnya Negara bangsa ini awalnya hanya berupa ide dan gagasan yang didiskusikan dan dipikirkan oleh para mahasiswa baik mereka yang belajar di Hindia Belanda maupun mereka yang meuntut ilmu di Nedherlend. Berangkat dari kerangka itulah kemudian revitalisasi gerakan merupakan sebuah instumen awal guna menopang gerbong perubahan itu sendiri.
Aspek militansi ideologis secara pengertian memiliki makna semangat kenabian yang memiliki landasan dan tujuan, sehingga aspek ini merupakan sebuah kunci untuk menjadikan HMI sebagai ruang belajar alternatif dan ruang berjuang. Hal ini membutuhkan sebuah proses kaderisasi yang tidak sederhana, sehingga peran kader sangat menentukan guna menopang pembentukan karakter yang memiliki semangat kenabian seperti yang disebutkan diatas.

Tidak ada komentar: