Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Kamis, 17 November 2011

Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran (V)

Media dalam pengertiannya adalah, secara bahasa media dari bahasa Latin ‘MEDIUS’ berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Bahasa Arab (وسائل) berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara khusus media diartikan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi viual atau verbal (Gerlach & Ely, 1971).

Selain itu media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (AECT, 1977). Media/mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya (Flemming, 1987). Medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima (Heinich, dkk, 1982). Media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju (Hamidjojo & Latuheru, 1993).  

Media dalam Kedudukannya di Dunia Pendidikan

Belajar melalui stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Belajar melalui stimulus verbal membuahkan hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan. Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan memberikan keuntungan bagi siswa.

Dengan menggabungkan beberapa media akan memberikan pengalaman yang mencerminkan suatu pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu pengalaman belajar akan diperoleh karena adanya penggabungan aneka media itu akan menjadi satu kesatuan kerja yang menghasilkan suatu informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi; artinya informasi bahkan tidak hanya dilihat sebagai hasil cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam penyajiannya.  

Manfaat Media

Dapat memberikan kemudahan dalam pembuatan konsep-konsep pendidikan dari hal konkrit ke yang abstrak. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Aspek lainnya adalah memberikan kejelasan pesan agar tidak terlalu verbalistis sehingga mudah dimengerti oleh siswa dalam proses pendidikan. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan sumber belajar. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Disusun oleh:
Nama                  : Taufiq Saifuddin
NIM                    : 07470056
No. Absen           : 01
Mata Kuliah         : Teknologi Pendidikan

Senin, 14 November 2011

Teknologi Komunikasi Pendidikan (IV)

Jika di defenisikan teknologi komunikasi dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari sudut komunikasi berarti teknologi komunikasi yang dipakai dalam bidang pendidikan.Dari sudut pendidikan berarti teknologi pendidikan yang memanfaatkan media komunikasi (hardware dan software.

Seiring dengan perkembangan pendidikan dewasa ini maka dalam dunia pendidikan juga terjadi revolusi. Hal ini diakibatkan bahwa, pertama, masyarakat hanya memberikan wewenang pendidikan kepada orang tertentu sehingga terjadi kesulitan bagi masyarakat yang lain untuk mengakses pendidikan. Kedua, Guru dipandang sebagai orang yang dilimpahi tanggungjawab untuk mendidik sehingga proses komunikasi menjadi hal yang sangat diperlukan.

Ketiga, dipakainya bahasa tulisan di samping bahasa lisan dalam menyajikan pelajaran di sekolah, hal ini juga sejalan dengan polarisasi yang berkembang dalam teknologi komunikasi visual. Keempat, ditemukannya mesin cetak untuk menggandakan buku dan lain sebagainya. Kelima, perkembangan yang pesat di bidang elektronik.

a. Perkembangan Teknologi Komunikasi

Dalam sejarah perkembangannya tercatat sejak 500 tahun SM: telah ada profesi guru. Dan adanya kaum sufi yang menjajakan ilmu pengetahuan atau sering disebut juga “penjual ilmu pengetahuan”. Socrates (470-399 SM) memperkenalkan inquiry methode (tanya jawab) sebagai dasar pencarian sebuah pengetuahuan, sehingga banyak diantara orang-orang pada waktu itu yang menjelajah mencari seorang guru dalam sebuah pengetahuan tertentu untuk belajar.

Pada tahun 1923: telah diperkenalkan konsep pengajaran visual atau alat bantu visual. Kemudian tahun 1940: lahir lagi teknologi komunikasi baru yaing disebut audio-visual education atau audio-visual aids; 1945: audio-visual materials atau audio-visual devices. Tahun 1950: lahir gerakan audio-visual communication (konsep komunikasi untuk pengajaran). 1960: muncul sebuah penerapan pendekatan sistem dan konsep pengembangan pembelajaran dalam pendidikan.

Johan Amos Comenius (1592-1670) memberikan prinsip-prinsip pendidikan. Perinsip-perinsip tersebut mencakup. Pertama, isi pelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak didik. Kedua, sesuatu yang diajarkan harus mempunyai aplikasi praktis dalam kehidupan dan harus mengandung nilai bagi anak didik. Dan ketiga, bahan ajaran harus disusun secara induktif, mulai dari yang mudah meningkay ke arah yang sulit. Memperkenalkan buku teks dengan ilustrasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Pada tahun 1923: lahirlah konsep pengajaran visual. Adapun alat bantu visual mencakup; gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada anak. Ini seiring dengan keyakinan bahwa penggunaan bahan-bahan visual dalam pengajaran dapat menyajikan gagasan yang abstrak sifatnya menjadi lebih konkrit. Konsep ini juga memberikan pengklasifikasian jenis-jenis alat bantu visual dan membantu pola integari alat bantu visual ke dalam kurikulum.

b. Penggunaan Alat Bantu Visual

Tujuan penggunaan alat bantu visual adalah memperkenalkan, membentuk, dan memperkaya serta memperjelas pengertian yang abstrak kepada peserta didik. Mengembangkan sikap yang diinginkan dan mendorong kegiatan anak lebih lanjut dalam membangun minat belajar.

Konsep penggunaan berbagai alat bantu atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman kepada anak melalui mata dan telinga. Hal ini menekankan kepada nilai, pengalaman yang nyata dan bersifat non verbal dalam proses pembelajaran.

Disamping keistimewaan dari alat bantu visual, terdapat juga beberapa kelemahan yaitu, menekankan kepada bahan-bahan visual itu sendiri, tidak disertai kegiatan desain, pengembangan, produksi, evaluasi dan pengelolaan bahan-bahan visual. Bahan visual dipandang sebagai “alat bantu” guru untuk kegiatan mengajar, tidak dipandang sebagai suatu kesatuan bahan pengajaran yang dapat dipakai untuk belajar sendiri.

Sebagaimana yang telah kami jelaskan diatas bahwa pada tahun 1950 lahir gerakan audio-visual communication yang menitikberatkan pandangan pendidikan pada proses komunikasi; pesan dari sumber (guru, materi/bahan) kepada penerima (siswa). Hal ini memberikan sebuah penemua yang tidak lagi menekankan pada benda atau bahan audio-visual. Sehingga memberikan kemudahan pada penggunaan sistem pembelajaran yang utuh (perencanaan, produksi, pemilihan, pengelolaan dan semua komponen pembelajaran). Perkembangan industri komunikasi selanjutnya adalah ditemukannya elektronic video recording dan transistor.

c. Konsep Komunikasi Berlo

Yang dimaksud dengan komunikasi berlo adalah aspek yang Berhubungan dengan keseluruhan proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima. Menunjukkan adanya unsur-unsur yang terlibat di dalam proses dan adanya antar hubungan yang dinamis antar unsur-unsur yang terlibat.

Berangkat dari konsep inilah kemudian muncul konsep system dalam tubuh teknologi komunikasi pendidikan. Dalam sebuah sistem yang penting adalah pembuatan suatu sistem pembelajaran yang lengkap, bukan bahan yang berdiri sendiri secara individual. Bahan-bahan secara individual, bukan sebagai alat bantu yang terpisah untuk kegiatan pengajaran. Bahan harus dirancang sebagai komponen untuk penggunaan yang sistematis dalam suatu situasi pengajaran tertentu.


1) Penerapan Pendekatan Sistem

Diaplikasikannya pendekatan sistem dan konsep pengembangan pembelajaran pada kegiatan pendidikan dapat memberikan sistematisasi dalam proses belajar siswa. Makin besarnya pengaruh psikologi dan ilmu tingkah laku terhadap konsep teknologi pendidikan juga memberikan efek positif pada penerapan pendekatan system. Teknologi pendidikan sebagai satu pendekatan sistem dalam proses pembelajaran yang dipusatkan pada desain, implementasi dan evaluasi proses pembelajaran.

2) Peranan Teknologi dalam Proses Komunikasi Pendidikan

Peranan teknologi dalam proses komunikasi pendidikan yaitu dapat memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dll secara bersistem serta memecahkan masalah belajar.

3) Pengaruh Tekonologi Komunikasi pada Pola Interaksi Pendidikan

• Sumber berupa orang saja
• Sumber berupa orang yang dibantu oleh/ dengan sumber lain
• Sumber berupa orang bersama dengan sumber lain berdasar suatu pembagian tugas
• Sumber lain saja tanpa sumber berupa orang
• Kombinasi dari ke empat pola tersebut dalam bentuk sistem

4) Pengaruh Teknologi Komunikasi pada Unsur Proses Pendidikan

Isi kurikulum tidak hanya ditentukan oleh ahli bidang studi saja, juga ahli pengembangan bahan, sistem pembelajaran. Pola pembelajaran tidak semata didasarkan kepada interaksi guru kelas siswa, melainkan ada guru media. Evaluasi pengajaran, bukan hanya evaluasi kemajuan belajar saja. Evaluasi kemajuan belajar tidak lagi ditangan guru sepenuhnya, tetapi melalui media; modul. Sejalan dengan itu peranan guru juga akan mengalami perubahan.

5) Pengaruh Teknologi Komunikasi pada Unsur Proses Pendidikan

Pengaruhnya adalah biaya tidak akan bertambah secara linier sesuai dengan perkembangan sarana didik. Tempat berlangsungnya proses belajar mengajar tidak terbatas pada gedung sekolah, tetapi di mana situasi lingkungan memungkinkan. Produksi bahan ajaran yang akan ditangani oleh ahli-ahli dalam bidang yang bersangkutan dan akan melahirkan standarisasi mutu pendidikan.

Disusun oleh:
Nama : Taufiq Saifuddin
NIM : 07470056
No. Absen : 01
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan

Peranan Teknologi Pendidikan dalam Perluasan Akses dan Peningkatan Mutu Pendidikan (III)

Peran teknologi tentu saja memiliki peranan yang itu bisa dilihat dari penerapan prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan KTSP, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain. Hal lainnya adalah penerapan prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan bahan belajar, modul, buku teks atau e-book.

Teknologi juga dapat digunakan dalam penerapan metode pembelajaran yang lebih menekankan penerapan teori-teori belajar mutakhir. Mengembangkan dan memanfaatkan berbagai jenis media guna memajukan minat belajar siswa. Dan mengembangan strategi pembelajaran untuk membangun dan menemukan jati diri (PAIKEM).

Penerapan Teknologi Pendidikan

Keuntungan dalam penerapan teknologi pendidikan adalah, dapat memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dll secara bersistem. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya.

Menggunakan teknologi pendidikan sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar. Hal lain yang bisa dilihat adalah, timbulnya efek sinergi dimana penggabungan pendekatan/unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan.

a. Solusi Dalam Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum/materi pelajaran yang berisikan muatan ICT dengan tujuan mewujudkan masyarakat baca berbasis ICT. Kurikulum dan materi diperuntukkan bagi siswa, guru/calon guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Melihat kondisi pendidikan kita maka perlu dikembangkan standar kompetensi yang diharapkan dikuasi baik oleh guru maupun siswa di bidang ICT. Dalam pendidikan yang modern perlu adanya pengintegrasian ICT ke dalam kurikulum dan prosem pendidikan.

b. Solusi dalam Pengembangan SDM

Dalam pengembangan SDM kita dapat menyelenggarakan diklat ICT bagi guru, siswa, pengelola pendidikan, penulis buku, perancang dan pengembang ICT. Hal diharapkan agar semakin dalam dan kaya pemahamannya tentang peranan dan potensi teknologi dalam pendidikan.

c. Solusi Penyiapan Software


Keuntungan yang akan didapatkan dalam penerapan teknologi dalam pendidikan adalah kita mampu mengembangkan/memproduksi program ICT berbasis kompter multimedia. Sehingga mempermudah para pelaku pendidikan dalam meingkatkan minat belajar.
Hal lain yang menjadi solusi adalah mengembangkan prototype program ICT, mengoleksi program ICT dengan jalan membeli atau berlangganan, dan dapat mengadakan ujicoba/evaluasi penggunaan program ICT untuk pembelajaran.

d. Solusi Penyiapan Hardware

Solusi dalam penyiapan hardware adalah kita dapat mengidentifikasi kriteria perangkat keras ICT yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Meneliti rasio yang paling efektif tentang jumlah perangkat keras dan lunak dengan jumlah guru dan siswa. memahami cara memasang peralatan ICT, mengembangkan kriteria pemilihan peralatan ICT dan mengupayakan dana yang cukup untuk pengadaan peralatan ICT.

e. Solusi Dalam Pengelolaan, Organisasi, Lingkungan (SETTING)

Untuk lebih memaksimalkan pengoloaan organisasi dan lingkungan kita dapat mendirikan pusat-pusat ICT serta memaksimalkan penggunaan pusat-pusat ICT yang ada untuk mengembangkan dan memproduksi program ICT. Untuk lebih mengenmbangkan jaringan maka kita juga dapat menjalin kerjasama antar lembaga yang terkait untuk mendapat dukungan serta mengembangkan jaringan informasi atar pengembang dan pengguna ICT.

f. Solusi dalam Evaluasi


Dalam hal evaluasi, perlu disiapkan rencana evaluasi dan monitoring untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan penerapan strategi pemecahan masalah-masalah dalam menerapkan konsep dan prinsip teknologi pendidikan.
Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan tindak lanjut berupa perbaikan jika terjadi kegagalan dan penyebarluasan jika hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan.

Disusun oleh:
Nama : Taufiq Saifuddin
NIM : 07470056
No. Absen : 01
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan

Problem-Problem Pendidikan (II)

Yusufhadi Miarso membedakan masalah pendidikan menjadi mikro dan makro. Problem mikro pendidikan adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan yang sering terjadi di sebuang institiusi sekolah. Jadi wujudnya lebih konkrit dan dapat ditemukan dalam rutinitas keseharian pendidikan/pembelajaran. Sedangkan problem makro adalah masalah-masalah pendidikan yang secara global atau universal dirasakan oleh hampir semua institusi pendidikan dalam proses pembelajarannya.

Abdul Gafur menyatakan problem pendidikan utama adalah pemerataan dan akses pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari; keterbatasan dalam sumber daya manusia (SDM), keterbatasan sumber daya non-manusia, keterbatasan infrastruktur teknologi komunikasi, keterbatasan mobililtas tenaga ahli komunikasi, keterbatasan pasokan tenaga listrik, keterbatasan langka atau kurangnya dana untuk mendukung pengembangan ICT dalam pendidikan

Abdul Gafur menyatakan problem pendidikan ditinjau dari learning resource atau komponen sistem pembelajaran. Setidaknya ada 8 problem yang terdapat dalam sumberdaya atau komponen sistem pendidikan kita yaitu; pendidik/guru, pesan/kurikulum, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan informasi, pengembangan paket pembelajaran, evaluasi, dan pendanaan.

a. Problem Mikro Pendidikan

1) Sulit mempelajari konsep yang abstrak,
2) Sulit membayangkan peristiwa yang telah lalu,
3) Sulit mengamati sesuatu obyek yang terlalu kecil/besar,
4) Sulit memperoleh pengalaman langsung,
5) Sulit memahami pelajaran yang diceramahkan,
6) Sulit untuk memahami konsep yangg rumit, dan
7) Terbatasnya waktu untuk belajar.

b. Problem Makro Pendidikan

Secara makro problem pendidikan Belum mampu memberikan kesempatan belajar yang merata pada struktur hirarki pendidikan (SD, SMP, SMA, PT). Hal ini juga semakin diperparah oleh terbatasnya kualitas pendidikan yang ditandai antara lain dengan rendahnya produktivitas belajar siswa. Belum lagi tidak terjadi sinergitas antara pendidikan sekolah dengan dunia sekitar khususnya dunia kerja, dan belum sesuainya dengan perkembangan IPTEKS.

Problem Pendidikan Ditinjau Dari Learning Resource

Seprti yang kami kemukakan diatas sesuai dengan pendapat Abdul Gaffar problem pendidikan secara komponen sumberdaya terbagi menjadi 8 bagian yaitu:

1) Pendidik/guru;

Pengembangan staf pengajar agar memilliki kompetensi profesional di bidang ICT yang begitu sangat minim. Sikap pendidik yang enggan mengikuti perubahan dan rasa takut terhadap teknologi informasi baru

2) Pesan/kurikulum;

Pengembangan kurikulum yang memenuhi standar kompetensi bidang ICT; (a) standar mengenai apa yang harus diajarkan; (b) berkenaan dengan tanggung jawab untuk mengintegrasikan ICT ke dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran belum sepenuhnya memanfaatkan ICT. Evaluasi prestasi belajar siswa belum mengacu pada pemanfaatan ICT .

3) Perangkat keras (hardware);

Terbatasnya akses untuk mendapatkan produk ICT baru. Ketidaksesuaian produk-produk teknologi dengan kebutuhan pemakai. Belum lagi biaya pengadaan perangkat keras ICT yang juga tidak mudah dijangkau. Dalam hal ini kita kesulitan mengikuti cepatnya perkembangan produk ICT.

Hal ini juga semakin diperparah dengan terbatasnya biaya pemeliharaan, kendala pada pengoperasia perangkat keras dan tingkat kesulitan mengadakan perbaikan, perawatan dan penggantian suku cadang

4) Perangkat lunak (software),

Dalam hal iniMasalah hak cipta juga tetap menjadi kendala sehingga melahirkan produk pengembangan perangkat lunak untuk semua bidang studi dan semua tingkatan pendidikan yang sangat sedikit. Lalul terbatasnya inovasi pengembangan perangkat lunak yang dapat memacu pengembangan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan teknologi ICT. Kendala yang lain adalah Kebanyakan perangkat lunak dibuat dengan menggunakan bahasa Inggris sehingga masih sangat sulit dalam operasianlnya.

5) Jaringan informasi;

Belum luasnya pengembangan jaringan informasi baik yang bersifat lokal, regional maupun global/interasional pada setiap lembaga pendidikan. Dan juga Belum meratanya penyebarluasan informasi tentang pengembangan dan pemanfaatan ICT.

6) Pengembangan paket pembelajaran;

Terbatasnya pengembangan paket pembelajaran dengan memanfaatkan ICT untuk keperluan pendidikan dan pembelajaran masih begitu sangat terasa. Belum lagi sangat Sedikitnya paket pembelajaran yang ada di pasaran yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan menambah permasalahan ketika teknologi ingin diintegrasikan dengan pendidikan.

7) Evaluasi;

Dalam proses evaluasi juga mengalami kendala melalui ketiadaan prosedur dan instrumen evaluasi yang menyangkut pengembangan dan pemanfaatan ICT. Dan juga sedikitnya kajian/penelitian secara sistematis dampak penggunaan ICT terhadap proses dan hasil belajar siswa.

8) Pendanaa; minimnya keterlibatan sumber dana untuk pengembangan dan pemanfaatan ICT.

c. Identifikasi Masalah Pendidikan

Jika diidentifikasi secara global masalah pendidikan dapat dilihat dari beragam masalah, dan ini tentu saja memiliki pengaruh dalam pengembangan pendidikan dan teknologi pendidikan. Beberapa hal yang masih menjadi masalah adalah:
1) Rendahnya sarana fisik
2) Rendahnya kualitas guru
3) Sarpras yang kurang mendukung
4) Gaji guru (kesejahteraan)
5) Kekurangan guru
6) Mahalnya biaya pendidikan
7) Letak geografis
8) Rendahnya prestasi siswa
9) Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
10) Pendidikan dijadikan komoditas politik
11) Trial & eror kurikulum
12) Motivasi pendidikan masyarakat rendah
13) Akses informasi pendidikan kurang
14) Relevansi pendidikan dengan kebutuhan (dunia kerja)
15) Paradigma pendidikan
16) Pemerintah belum melaksanakan amanat uu (anggaran 20% dari apbn)
17) Fasilitas sekolah timpang antar daerah
18) Evaluasi (un)
19) Link antara sekolah dengan sekolah nyata

Disusun oleh:
Nama : Taufiq Saifuddin
NIM : 07470056
No. Absen : 01
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan

Rabu, 09 November 2011

Konsep Dasar Teknologi Pendidikan (I)

Teknologi selain diartikan sebagai mesin, teknologi bisa mencakup proses, sistem, manajemen, dan mekanisme pantauan; baik manusia itu sendiri atau bukan, serta jika difahami dalam makna secara luas yaitu, cara pandang terhadap masalah berikut lingkupnya, tingkat kesukaran, studi kelayakan, serta cara mengatasi masalah secara teknis dan ekonomis (Finn: 1960)

Teknologi secara bahasa asal katanya – techne, bahasa Yunani, dengan makna seni, kerajinan tangan, atau keahlian. Teknologi bagi bangsa Yunani kuno diakui sebagai suatu kegiatan khusus, dan sebagai pengetahuan.

Selain itu pula, Teknologi merupakan penerapan pengetahuan yang ilmiah, dan tertata. Teknologi sebagai suatu proses atau cara berpikir bukan hanya produk seperti komputer, satelit, dan sebagainya. Secara sederhana teknologi dapat dikategorikan ke dalam dua komponen yaitu; perangkat lunak atau soft technology dan perangkat keras atau hard technology. Teknologi juga sebagai suatu pengetahuan diterapkan oleh manusia untuk mengatasi masalah dan melaksanakan tugas dengan cara sistematis dan ilmiah (Heinich, Molenda, dan Russell, 1993)

Teknologi terkait dengan sifat rasional dan ilmiah, menunjuk suatu keahlian, baik itu seni, atau kerajinan tangan, dapat diterjemahkan sebagai tehnik atau cara pelaksanaan suatu kegiatan, atau sebagai suatu proses serta teknologi mengacu pada penggunaan mesin-mesin dan perangkat keras.

Lantas bagaimana dengan teknologi yang diasimilasikan kedalam teknologi atau sering kit asebut dengan teknologi pendidikan? Setidaknya ada beberapa pengertian yang dirumuskan oleh AECT, organisasi yang membidangi perkembangan teknologi pendidikan, rumusan tersebut sebagai berikut:

Teknologi pendidikan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran, pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini (Rumusan AECT tahun 1972).

Rumusan Tahun 1977 AECT membedakan teknologi pendidikan dengan teknologi pembelajaran.

Teknologi Pendidikan adalah proses yang rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menggunakan, mengevaluasi, dan mengelola seluruh upaya pemecahan masalahnya yang termasuk dalam seluruh aspek belajar (manusia).

Teknologi Pembelajaran adalah satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep pembelajaran sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah pada situasi belajar.

Pada awal pertumbuhannya teknologi pendidikan dipandang sebagai teori dan praktek tentang penggunaan sarana komunikasi audiovisual untuk keperluan pembelajaran. Definisi berikutnya memasukkan konsep-konsep baru, seperti konsep sistem, manajemen, sumber belajar, desain, pengembangan, pemanfaatan, evaluasi, dsb.
Adapun beberapa unsure-unsur yang terkandung dalam teknologi pendidikan sebagai berikut:
a) proses belajar — berikut teori belajar dan psikologi belajar
b) penciptaan kondisi belajar yang teruji
c) penyediaan produk belajar dan sistem penyampaiannya
d) penyediaan sumber-sumber belajar lainnya

Disusun oleh:
Nama : Taufiq Saifuddin
NIM : 07470056
No. Absen : 01
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan